Friday, June 18, 2010

Nabi saw memperbolehkan berbuat bid’ah hasanah


Nabi saw memperbolehkan kita melakukan Bid’ah hasanah selama hal itu baik dan tidak menentang syariah, sebagaimana sabda beliau saw : “Barangsiapa membuat buat hal baru yang baik dalam islam, maka baginya pahalanya dan pahala orang yang mengikutinya dan tak berkurang sedikitpun dari pahalanya, dan barangsiapa membuat buat hal baru yang buruk dalam islam, maka baginya dosanya dan dosa orang yang mengikutinya dan tak dikurangkan sedikitpun dari dosanya” (Shahih Muslim hadits no.1017, demikian pula diriwayatkan pada Shahih Ibn Khuzaimah, Sunan Baihaqi Alkubra, Sunan Addarimiy, Shahih Ibn Hibban dan banyak lagi). Hadits ini menjelaskan makna Bid’ah hasanah dan Bid’ah dhalalah. Perhatikan hadits beliau saw, bukankah beliau saw menganjurkan?, maksudnya bila kalian mempunyai suatu pendapat atau gagasan baru yang membuat kebaikan atas islam maka perbuatlah.., alangkah indahnya bimbingan Nabi saw yang tidak mencekik ummat, beliau saw tahu bahwa ummatnya bukan hidup untuk 10 atau 100 tahun, tapi ribuan tahun akan berlanjut dan akan muncul kemajuan zaman, modernisasi, kematian ulama, merajalela kemaksiatan, maka tentunya pastilah diperlukan hal hal yang baru demi menjaga muslimin lebih terjaga dalam kemuliaan, demikianlah bentuk kesempurnaan agama ini, yang tetap akan bisa dipakai hingga akhir zaman, inilah makna ayat :

“ALYAUMA AKMALTU LAKUM DIINUKUM…”, yang artinya “hari ini Kusempurnakan untuk kalian agama kalian, kusempurnakan pula kenikmatan bagi kalian, dan kuridhoi islam sebagai agama kalian”,

Maksudnya semua ajaran telah sempurna, tak perlu lagi ada pendapat lain demi memperbaiki agama ini, semua hal yang baru selama itu baik sudah masuk dalam kategori syariah dan sudah direstui oleh Allah dan rasul Nya, alangkah sempurnanya islam,
Bila yang dimaksud adalah tidak ada lagi penambahan, maka pendapat itu salah, karena setelah ayat ini masih ada banyak ayat ayat lain turun, masalah hutang dll, berkata para Mufassirin bahwa ayat ini bermakna Makkah Almukarramah sebelumnya selalu masih dimasuki orang musyrik mengikuti hajinya orang muslim, mulai kejadian turunnya ayat ini maka Musyrikin tidak lagi masuk masjidil haram, maka membuat kebiasaan baru yang baik boleh boleh saja.

Namun tentunya bukan membuat agama baru atau syariat baru yang bertentangan dengan syariah dan sunnah Rasul saw, atau menghalalkan apa apa yang sudah diharamkan oleh Rasul saw atau sebaliknya, inilah makna hadits beliau saw : “Barangsiapa yang membuat buat hal baru yang berupa keburukan...dst”, inilah yang disebut Bid’ah Dhalalah.


Beliau saw telah memahami itu semua, bahwa kelak zaman akan berkembang, maka beliau saw memperbolehkannya (hal yang baru berupa kebaikan), menganjurkannya dan menyemangati kita untuk memperbuatnya, agar ummat tidak tercekik dengan hal yang ada dizaman kehidupan beliau saw saja, dan beliau saw telah pula mengingatkan agar jangan membuat buat hal yang buruk (Bid’ah dhalalah).

Mengenai pendapat yang mengatakan bahwa hadits ini adalah khusus untuk sedekah saja, maka tentu ini adalah pendapat mereka yang dangkal dalam pemahaman syariah, karena hadits diatas jelas jelas tak menyebutkan pembatasan hanya untuk sedekah saja, terbukti dengan perbuatan bid’ah hasanah oleh para Sahabat dan Tabi’in.


Siapakah yang pertama memulai Bid’ah hasanah setelah wafatnya Rasul saw?
Ketika terjadi pembunuhan besar besaran atas para sahabat (Ahlul yamaamah) yang
mereka itu para Huffadh (yang hafal) Alqur’an dan Ahli Alqur’an di zaman Khalifah
Abubakar Asshiddiq ra, berkata Abubakar Ashiddiq ra kepada Zeyd bin Tsabit ra :

“Sungguh Umar (ra) telah datang kepadaku dan melaporkan pembunuhan atas ahlulyamaamah dan ditakutkan pembunuhan akan terus terjadi pada para Ahlulqur’an, lalu ia menyarankan agar Aku (Abubakar Asshiddiq ra) mengumpulkan dan menulis Alqur’an, aku berkata : Bagaimana aku berbuat suatu hal yang tidak diperbuat oleh Rasulullah..?, maka Umar berkata padaku bahwa Demi Allah ini adalah demi kebaikan dan merupakan kebaikan, dan ia terus meyakinkanku sampai Allah menjernihkan dadaku dan aku setuju dan kini aku sependapat dengan Umar, dan engkau (zeyd) adalah pemuda, cerdas, dan kami tak menuduhmu (kau tak pernah berbuat jahat), kau telah mencatat wahyu, dan sekarang ikutilah dan kumpulkanlah Alqur’an dan tulislah Alqur’an..!”

Berkata Zeyd : “Demi Allah sungguh bagiku diperintah memindahkan sebuah gunung daripada gunung gunung tidak seberat perintahmu padaku untuk mengumpulkan Alqur’an, bagaimana kalian berdua berbuat sesuatu yang tak diperbuat oleh Rasulullah saw?”, maka Abubakar ra mengatakannya bahwa hal itu adalah kebaikan, hingga iapun meyakinkanku sampai Allah menjernihkan dadaku dan aku setuju dan kini aku sependapat dengan mereka berdua dan aku mulai mengumpulkan Alqur’an”. (Shahih Bukhari hadits no.4402 dan 6768).

Nah saudaraku, bila kita perhatikan konteks diatas Abubakar shiddiq ra mengakui dengan ucapannya : “sampai Allah menjernihkan dadaku dan aku setuju dan kini aku sependapat dengan Umar”, hatinya jernih menerima hal yang baru (bid’ah hasanah) yaitu mengumpulkan Alqur’an, karena sebelumnya alqur’an belum dikumpulkan menjadi satu buku, tapi terpisah pisah di hafalan sahabat, ada yang tertulis di kulit onta, di tembok, dihafal dll, ini adalah Bid’ah hasanah, justru mereka berdualah yang memulainya.

Kita perhatikan hadits yang dijadikan dalil menafikan (menghilangkan) Bid’ah hasanah mengenai semua bid’ah adalah kesesatan, diriwayatkan bahwa Rasul saw selepas


melakukan shalat subuh beliau saw menghadap kami dan menyampaikan ceramah yang membuat hati berguncang, dan membuat airmata mengalir.., maka kami berkata : “Wahai Rasulullah.. seakan akan ini adalah wasiat untuk perpisahan…, maka beri wasiatlah kami..” maka rasul saw bersabda : “Kuwasiatkan kalian untuk bertakwa kepada Allah, mendengarkan dan taatlah walaupun kalian dipimpin oleh seorang Budak afrika, sungguh diantara kalian yang berumur panjang akan melihat sangat banyak ikhtilaf perbedaan pendapat, maka berpegang teguhlah pada sunnahku dan sunnah khulafa’urrasyidin yang mereka itu pembawa petunjuk, gigitlah kuat kuat dengan geraham kalian (suatu kiasan untuk kesungguhan), dan hati hatilah dengan hal hal yang baru, sungguh semua yang Bid;ah itu adalah kesesatan”. (Mustadrak Alasshahihain hadits no.329).

Jelaslah bahwa Rasul saw menjelaskan pada kita untuk mengikuti sunnah beliau dan sunnah khulafa’urrasyidin, dan sunnah beliau saw telah memperbolehkan hal yang baru selama itu baik dan tak melanggar syariah, dan sunnah khulafa’urrasyidin adalah anda lihat sendiri bagaimana Abubakar shiddiq ra dan Umar bin Khattab ra menyetujui bahkan menganjurkan, bahkan memerintahkan hal yang baru, yang tidak dilakukan oleh Rasul saw yaitu pembukuan Alqur’an, lalu pula selesai penulisannya dimasa Khalifah Utsman bin Affan ra, dengan persetujuan dan kehadiran Ali bin Abi Thalib kw.

Nah.. sempurnalah sudah keempat makhluk termulia di ummat ini, khulafa’urrasyidin melakukan bid’ah hasanah, Abubakar shiddiq ra dimasa kekhalifahannya memerintahkan pengumpulan Alqur’an, lalu kemudian Umar bin Khattab ra pula dimasa kekhalifahannya memerintahkan tarawih berjamaah dan seraya berkata : “Inilah sebaik baik Bid’ah!”(Shahih Bukhari hadits no.1906) lalu pula selesai penulisan Alqur’an dimasa Khalifah Utsman bin Affan ra hingga Alqur’an kini dikenal dengan nama Mushaf Utsmaniy, dan Ali bin Abi Thalib kw menghadiri dan menyetujui hal itu.

Demikian pula hal yang dibuat-buat tanpa perintah Rasul saw adalah dua kali adzan di Shalat Jumat, tidak pernah dilakukan dimasa Rasul saw, tidak dimasa Khalifah Abubakar shiddiq ra, tidak pula dimasa Umar bin khattab ra dan baru dilakukan dimasa Utsman bin Affan ra, dan diteruskan hingga kini (Shahih Bulkhari hadits no.873).

Siapakah yang salah dan tertuduh?, siapakah yang lebih mengerti larangan Bid’ah?, adakah pendapat mengatakan bahwa keempat Khulafa’urrasyidin ini tak faham makna Bid’ah?

Selengkapnya silahkan klik link dibawah untuk download secara gratis !!!

Bidah Hasanah
http://majelisrasulullah.org

22 comments:

  1. Bismillahhirrohmanirrohim.mohon haditsnya berikut sanadnya sampai ke Rasulullah Shallahu'alaihi wasallam.terimakasih.

    ReplyDelete
  2. TIDAK ADA BID’AH HASANAH, SEMUA BID’AH ITU SESAT

    Catatan: Untuk hadits Shahih Muslim hadits no.1017 di atas lafalnya bukan "Barangsiapa MEMBUAT HAL BARU yang baik dalam islam..." tetapi "Barangsiapa membuat sunnah yang baik dalam Islam...". Untuk memahami hadits ini, harus mengerti dahulu asbabul wurudnya (sebab keluarnya hadits). Yaitu Nabi kedatangan tamu dari para tokoh pembesar Arab utk menuntut ilmu, tetapi pada saat itu Nabi tidak punya hidangan utk menjamu tamu tersebut. Lalu Nabi para Sahabatnya siapa yg mau menjamu para tamu para tokoh pembesar Arab tadi. Lalu dengan bersegera salah seorang Sahabat Anshor pulang untuk mengambil sekantong uang dirham lalu diserahkannya dihadapan Nabi. Maka Nabi gembira dengan perbuatan Sahabat Anshor tadi, kemudian bersabdalah beliau sprti hadits di atas: "Barangsiapa membuat sunnah yang baik dalam Islam..."
    Maka tidak benar jika hadits di atas kmd dijadikan dalil untuk membuat bid'ah lalu dianggap sbg perbuatan yg baik.

    “Maka apakah orang yang dijadikan (syaitan) MENGANGGAP BAIK pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh syaitan) ? Maka Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. Fathir : 8)

    “Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari Rabbnya sama dengan orang yang (syaithan) menjadikan dia MEMANDANG BAIK perbuatannya yang buruk itu dan mengikuti hawa nafsunya?” (QS. Muhammad : 14)

    Abdullah bin Umar berkata: “Setiap bid’ah itu sesat meskipun DIANGGAP BAIK oleh manusia.” (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam Al-Madkhal ilas Sunan Al-Kubra I/180 no.191, Ibnu Baththah dalam Al-Ibaanah no. 205, dan Al-Lalika-i dalam Syarh Ushuul I’tiqaad Ahlis Sunnah wal Jamaah no. 126)

    Imam Malik (Imam Mazhab/Tabiut Tabi’in/guru Imam Syafi’i) rahimahullahu berkata: “Barangsiapa yang mengada-adakan suatu bid’ah di dalam Islam dan MENGANGGAPNYA BAIK, maka ia telah menuduh bahwa Muhammad telah mengkhianati Risalah beliau. Karena Alloh berfirman: “Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kalian agama kalian”, maka segala sesuatu yang pada hari itu bukan merupakan agama maka tidak pula menjadi agama pada hari ini.” Al-‘I’tisham (1/28).

    Di dalam Sunan Ad-Darimi (210) dengan sanad yang shahih bahwa ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mendatangi manusia yang sedang berhalaqoh (duduk melingkar) di dalam Masjid. Di tangan mereka terdapat kerikil dan di antara mereka ada seorang pria yang mengatakan: “bertakbirlah seratus kali” maka orang-orang pun ikut bertakbir seratus kali dan menghitungnya dengan kerikil. Pria itu mengatakan: “bertahlil-lah seratus kali, bertasbihlah seratus kali” dan mereka pun melakukan perintahnya. Abdullah bin Mas’ud pun menemui mereka dan mengatakan : “Apa yang aku lihat kalian sedang mengerjakannya ini?” mereka mengatakan: “Wahai Abu ‘Abdirrahman! Ini kerikil yang kami menghitung dengannya takbir, tahlil dan tasbih.” Ibnu Mas’ud menukas: “Hitunglah kesalahan-kesalahan kalian, dan aku akan menjamin bahwa kebaikan kalian tidak akan tersia-siakan sedikitpun. Sungguh celaka kalian wahai umat Muhammad! Begitu cepatnya kebinasaan kalian! Lihatlah mereka, para sahabat Nabi kalian Shallallahu ‘alaihi wa Salam masihlah banyak, baju beliau belumlah usang dan bejana beliau belumlah pecah. Demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, apakah kalian merasa bahwa kalian berada di atas millah (agama) yang lebih memberikan petunjuk dibandingkan millah Muhammad? Ataukah kalian ingin membuka pintu fitnah?” Mereka mengatakan: “Demi Alloh wahai Abu ‘Abdurrahman! KAMI TIDAKLAH MENGINGINKAN MELAINKAN KEBAIKAN.” Abdullah bin Mas’ud menjawab: “BETAPA BANYAK ORANG YANG MENGINGINKAN KEBAIKAN NAMUN TIDAK MEMPEROLEHNYA...” Lihat as-Silsilah ash-Shahihah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. sholat taraweh 20 rokaat itu bid'ah ya?

      Delete
    2. KALAUPENDAPATNTA IMAM SATIBI " IKTISHOM " JANAN DIBUNGKUS PENDAPAT IMAM MALIK UNTUK APA DIPOLITISIR ?? BID'AH CUMA ISTILAH YANG DIHUKMI CUMAK PERBUATANNYA, DAN BID'AH TIDAK BISA MENILAI PEBUATAN, APAKAH PERBUATAN BAIK ATAU JELEK, YANG MENILAI ITU ADALAH SARIAT, KALAU DIPANDANG BAIKMENURUT SYARI'AT " BID'AH ITU BAIK " ATAU HASANAH. BILA DIPANDANG JELEK MENURUT SYARIAT, " DHOLALAH " JELEKLAH PERBUATAN ITU. HAL SESUA DENGAN SABDA NABI, MASIH MAU DIPUTER KAYAK APA KELIATAN, TAKUTLAH KEPADA ALLOH SWA.

      Delete
    3. waduh, zaman udah kayak gini masih aja ada orang yang mempermasalahkan apa itu bod'ah.... tahlil, qunut, dan lain sbgainya.... saya rasa orang sedunia ini jg sebagai pelaku bid'ah kalo gitu ya... udahlah. kalo menurut aku, kita fokus aja pada perilaku diri kita sendiri jaga diri kita, keluarga....... afwan ... ma'af seribu ma'af

      Delete
  3. Imam Syafi’i berkata: ”Barangsiapa yg MENGANGGAP BAIK suatu perbuatan berarti telah menetapkan suatu syari’at.” (Al-Mankhuul oleh Imam Ghozali hal. 374)
    Imam Syafi’i berkata: ”Sesungguhnya ANGGAPAN BAIK hanyalah menuruti selera hawa nafsu.” (Ar-Risalah hal. 507)

    Abdullah bin Umar ra. adalah sahabat Nabi yang paling keras dalam menentang segala macam bid’ah dan beliau sangat senang dalam mengikuti As-Sunnah. Dari Nafi’, pada suatu saat mendengar seseorang bersin dan berkata: ”Alhamdulillah was sholatu was salamu’ala Rasulillah.” Berkatalah Abdullah bin Umar ra.: ”Bukan demikian Rasulullah shollallahu ’alaihi wasalam mengajari kita, tetapi beliau bersabda: ’Jika salah satu di antara kamu bersin, pujilah Allah (dengan mengucapkan): Alhamdulillah’, tetapi beliau tidak mengatakan: ’Lalu bacalah sholawat kepada Rasulullah!" (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dalam Kitab Sunan-nya no. 2738 dengan sanad yang hasan dan Hakim 4/265-266)

    Sa'id bin Musayyab (tabi’in) melihat seseorang mengerjakan lebih dari 2 rakaat shalat setelah terbit fajar. Lalu beliau melarangnya. Maka orang itu berkata, "Wahai Sa'id, apakah Allah akan menyiksa saya karena shalat?", lalu Sa'id menjawab :"Tidak, tetapi Allah akan menyiksamu karena menyalahi sunnah" (Shahih, diriwayatkan oleh Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra II/466, Khatib Al Baghdadi dalam Al Faqih wal mutafaqqih I/147, Ad Darimi I/116)

    Sufyan bin Uyainah (tabiut tabi’in) mengatakan: Saya mendengar Malik bin Anas (imam mazab/tabiut tabi’in/guru imam Syafi’i) didatangi seseorang yang bertanya: Wahai Abu Abdillah dari mana saya harus melaksanakan ihram (untuk haji/umrah)? Imam Malik mengatakan: Dari Dzul Hulaifah, dari tempat Rasulullah shollallahu ’alaihi wasallam berihram. Orang itu berkata: Saya ingin berihram dari masjid dekat kuburan beliau. Imam Malik mengatakan: Jangan, saya khawatir kamu tertimpa fitnah. Orang itu berkata pula: Fitnah apa? Bukankah SAYA HANYA SEKEDAR MENAMBAH BEBERAPA MIL SAJA? Imam Malik menegaskan: Fitnah apalagi yang lebih hebat dari sikapmu yang menganggap engkau telah mengungguli Rasulullah shollallahu ’alaihi wasallam mendapatkan keutamaan di mana beliau telah menetapkan demikian sementara kamu MENAMBAHNYA? Dan saya mendengar firman Allah Ta’ala: ”Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (Diriwayatkan oleh Baihaqi dan Abu Nu’aim)

    Diriwayatkan oleh Ibnu Wadhah al-Qurthubi dalam kitab 'al-Bida' dan larangannya (halaman 12) : 'Dari ash-Shalt bin Bahran, ia berkata : 'Ibnu Mas'ud pernah melewati seorang perempuan yang membawa alat tasbih yang digunakan bertasbih, lalu Ibnu Mas'ud memutusnya dan membuangnya. Kemudian ia melewati seorang laki-laki yang bertasbih dengan kerikil, maka Ibnu Mas'ud menendang dengan kakinya seraya berkata :'Kalian telah mendahului! Kalian menunggang bid'ah dengan kedhaliman dan kalian mengalahkan sahabat Muhammad shollallahu ’alaihi wasallam dalam ilmu.' Juga bid'ah adalah penyelisihan terhadap petunjuk Rasulullah shollallahu ’alaihi wasallam. Abdullah bin Amr berkata :'Saya melihat Rasulullah shollallahu ’alaihi wasallam menghitung ucapan tasbihnya dengan tangan kanannya.' (HR Abu Daud (1/235) dan Tirmidzi (IV/255) dan ia menghasankannya)

    ReplyDelete
    Replies
    1. INI PENDAPATNYA IMAM SYAFI'I المحدثا ن ضربان ما احدث يخالف كتا با او سنة اواجما عا فهو بدعة صلا له , وما احدث في الخير لايخا لفه شيئا من ذالك فهو محدثة غير مذمومه " BID'AH " MUHDASTAT " ADA 2 MACAM, PRTAMA SESUATU YANG BARU YANG MENYALAHI QUR'AN ATAU SUNNAH ATAU IJMAK DAN ITU DISEBUT " BID'AH DHOLALAH,( SESAT ) KEDUA SESUATU YANG BARU DALAM KEBAIKAN, YANG TIDAK MENYALAHI ALQUR'AN SUNNAH DAN IJMAK DAN ITU DISEBUT BID'AH YANG TIDAK TERCELA,( ALBAIHAQI MANAKIB AL-SYAFI'I 1 HAL 469 )

      Delete
    2. bahkan imam syafi'i menafikan,mentiadakan adanya dalil hukum terhadap perbuatan bid'ah ( MENUNJUKKAN BAHWA BID'AH ADALAH AMALAN BARU )

      فقا ل الشا فعي , كل ما له مستند من لشرع فليس ببد عة ولو لم يعمل به السلف لاءن تر كهم للعمل به قد يكو ن لعذر قا م لهم فى الوقت او لما هو افضل منه او لعله " لم يبلغ جميعهم علم به , الحا فظ الغما وي , اتفا قا ن الصنعة في تحقيق , ص . ه

      Delete
    3. ARTINYA, " SETIAP SESUATU YANG MEMPUNYA DALIL SYAR'I BAKA BUKAN TERMASUK BID'AH MESKIPUN BELUM DILAKUKAN SALAF. KARENA SIKAP MEREKA YANG MENINGGALKAN TERKADANG KARENA ADA UDZUR YANG TERJADI PADA SA'AT ITU, ATAU KARENA ADA AMALIAH LAIN YANG LEBIH UTAMA DAN ATAU BARANGKALI HAL ITU BELUM DIKETAHUI OLEH MEREKA "

      Delete
  4. Mudah2an bermanfaat, saya masih bingung dengan hal ini. sebelumnya terimakasih sudah berbagi.
    juga yang sudah berkomentar, semoga Allah tetap mempersatukan kita dan memberikan petunjuk-Nya.

    jujur saya masih bingung akan banyak hal, dari Pembacaan Qunut, Tahlil dan lain sebagainya.

    beruntunglah orang2 yang berilmu dan mengamalkannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Untuk masalah tahlil anda kunjungi klik blogthohiranam.blogspot.com Insyaallo dipaparkan ttg tahlil artikel setelah bid'ah hasanah, insyalloh ada sedikit pencerahan semoga bermamfa'at, juga mengenai qunut di hal yang sama " SAYA CUMA BISA ASTAGFIRULLOHEL ADZIIM " islam dihancurkan dari dalam.

      Delete
  5. Ana sependapat dg Mas Anto dan Mas Anonim di atas beserta argumen dalil yg dipaparkanya. Bahwa semua bid'ah itu sesat, jadi tdk ada yg namanya Bid'ah Hasanah, sebab telah divonis oleh Rasulullah SAW : "Setiap bid'ah itu sesat, dan setiap kesesatan tempatnya di neraka". Seandanya bid'ah itu dibolehkan, maka agama yg mudah ini menjadi ribed (akan banyak syari'at-syaria't baru yang dibuat-buat) oleh org-org yg mengaku dirinya ulama yg dianggap baik menurut pemikirannya masing-masing. Akibatnya syari'at asli dari agama ini perlahan-lahan akan tersisih, punah alias asing tak dikenal umatnya lagi.Bila sudah demikian, maka tunggulah kehancuran kejayaan agama ini atau tunggulah turunnya azab Tuhan.Na'udzubillamindzalik. Semoga Allah SWT melindungi kita dari perbuatan sesat dan menyesatkan. By Acan.

    ReplyDelete
  6. UNTUK MASALAH BID'AH ARTIKE DIATAS, ADA KALIMAH, " IKUTILAH SUNNAHKU DN SUNNAH SAHABATKU " SEDANGKAN SUNNAH SAHABAT ADALAH BID'AH HASANAH YANG DIKERJAKAN PARA SAHABAT JUGA BSA DI KLIK " blogthohiranam.blospot.com " ttg bid'ah parasahabat.

    ReplyDelete
  7. DIKALANGAN MADZHAB SYAFI'I, TERMASUK PENSYARAH SHOHEH MUSLIM, هي احداث ما لم يكن في عهد رسو ل ا لله صلعم , IMAM NAWAWI SEORANG HAFIDZ MENDEVINISIKAN " BID'AH ADALAH MENGERJAKAN SESUATU YANG BARU BELUM ADA PADA MASA ROSULULLOH SAW. ( TAHDZIB AL-ASMAK WA-ALLUGHOT, JUS 3 HAL 22 ) JELAS BID'AH AMALANYANG TIDAK PERNAH DICONTOHKAN ROSUL, DAN TIDAK BERLAWANAN AL-QUR'AN HADIST.

    ReplyDelete
  8. DAN JUGA DIIKUTI AL-HAFIDZ AL-IZZBIN ABDISSALAM, البد عة فعل ما لم يعهدفي عهد رسو ل االه صلعم ( QOWAA'ID AL-AHKAM,FI MASHOOLIH AL-ANAM, JUS 2 HAL 172 ) JUGA AL-HAFIDZ IBNU ABDIL BAR AL-ISTIDZKAR JUS 5 HAL 152 ) JUGA IMAM NAWAWI DALAM KITAB, TAHDZIB AL-ASMAK JUS 3 HAL 22 ) JUGA AL-HAFIDZ IBNU AL-ASTIR AL-JAZARI, DALAM KITAB,( IBNU ASTIR AL-JAZARI, ANNIHAYAH FIGHORIB ILHADIST WAL- ASTAR JUZ 1 267 ) JUGA AL-HATIDZ IBNU AROBI AL-MALIKI JUZ 1 HAL 147 A) JUGA IBNU HAJAR AL-ASTQOLANI, FATHUL BARI, ( FATHUL BARI JUZ 4 HAL 253 ) JUGA IMAM AL-AINI DALAM KITAB, ( AMDATUL QORIK, JUS 11 HAL 126 ) AL-IMAM SHAN'ANI SYARAH BULUGUL MAROM, ( SUBULUSSALAM JUS 2 HAL 48 ) DAN JUGA AHLI HADIST AL-HAFIDZ IMAM SYAUKANI, YANG DIKAGUMI WAHABI JUGA MEMBAGI BID'AH MENJADI 2 DALAM KITAB NAILUL AUHAR JUS 3 HAL 25 ) MELIHA IMAM AHLI HADIST YANG BEGITU BANAK SUDAH CUKUP KIRANYA.

    ReplyDelete
  9. JUGA PENDAPAT AHLI HADIST SEPERTI IMAM SYAFI'I DALAM KITAB " FATHUL-BARI "
    البد عتة بد عتا ن , محمو دة ومد مومة , فما وقف السنه فهو محمو د , وما خلفها فهو مذموم BID'AH ITU 2 MACAM, SATU BID'AH TERPUJI DAN YANG LAIN BID'AH TERCELA. ( FATHULBARI JUZ 17 HAL 10 ) HAL INISESUAI PENDAPAT " ABU NUAIM, JUGA DI HAL SAMA.

    ReplyDelete
  10. HAL INI DIPERKUAT SHOHEH MUSLIM, من سن في الا سلا م شنة حسنة فله اجر ها BARANGSIAPA MEMBUAT KESUNNATAN, MAKA IA AKAN MENDAPAT PAHALA. ومن سن فى ا سلام سنة سيئة فله اجر ها BARANGSIAPA MEMBUAT KESUNNATAN YANG JELEK MAKA IA AKAN MENDAPATKAN DOSA ( HR MUSLIM JUZ 14 HAL 226 ) SESUAH PENSYARAH HADIST SHOHEH MUSLIM, قو له صلعم وكل بدعة صلا له هذا عا م مخصو ص والمراد غا لب الد عه SABDA NABI, " SEMUA BID'AH SESAT " INI ADALAHKATA-KATA UMUM, YANG DIBATASI JANGKAUANNYA ( ARTINYA SEBAGIAN YANG SESAT SYARAH SHOHEH MUSLIM JUZ 6HAL 154 )

    ReplyDelete
  11. HAL INI DIPERKUAT SHOHEH MUSLIM, من سن في الا سلا م شنة حسنة فله اجر ها BARANGSIAPA MEMBUAT KESUNNATAN, MAKA IA AKAN MENDAPAT PAHALA. ومن سن فى ا سلام سنة سيئة فله اجر ها BARANGSIAPA MEMBUAT KESUNNATAN YANG JELEK MAKA IA AKAN MENDAPATKAN DOSA ( HR MUSLIM JUZ 14 HAL 226 ) SESUAH PENSYARAH HADIST SHOHEH MUSLIM, قو له صلعم وكل بدعة صلا له هذا عا م مخصو ص والمراد غا لب الد عه SABDA NABI, " SEMUA BID'AH SESAT " INI ADALAHKATA-KATA UMUM, YANG DIBATASI JANGKAUANNYA ( ARTINYA SEBAGIAN YANG SESAT SYARAH SHOHEH MUSLIM JUZ 6HAL 154 )

    ReplyDelete
  12. UNTUK LEBIH JAUH LAGI APA WASIAT NABI MUHAMMADSAW. " SAYA BERWASIAT KEPADAMU SEKALIAN, WASIAT INI KETIKA BELIAU AKAN WAFAT, " HENDAKNYA KAMU BERTAQWA KEPADA ALLO SAW. MENDENGAR DAN PATUH KEPADA PEMERINTAH ( ULIL AMRI ) WALAUPUN ULIL AMRI ITU BERKULIT HITAM SEKALIPUN, DAN BARANGSIAPA HIDUP LAMA NISCAYA AKAN MELIHAT BANYAK PERSELISIHAN, MAKA DARI ITU, فعليكم بسنتى BERPEGANG TEGUHLAH KEPADA SUNNAHKU ( QUR'AN HADIST ) ,وسنة الخلفا ء الر اشد ين DAN SUNNAH PARA SAHABAT SETELAH AKUTIADA, WALAUPUN TIDAK KAMI PERINTAHKAN, DUS ASAL TIDAK BERTENTANGAN APA YANG DITETEPKAN NABI, WABIL MAKSUD." INILAH SUNNAH SAHABAT ATAU BID'AH PARA SAHABAT. SETELAH ITU, WASIAT NABI ,ومحدثا ن الا مور فا ن كل بد عة ضلا له SETIAP YANG BARU ATAU SEMUA BID'AH DHOLALAH SETIAP YANG TIDAK DICONTOHKAN SESAT MAKSUDNYA YANG MENYIMPANG DARI SYARIAT ISLAM " ALQUR'AN HADIST SEBAB SUDAH DIDAHULUI BID'AH HASANAH PARA SAHABAT, KARENA YANG MENILAI PEKERJAN SESAT ATAU TIDAKNYA ADALAH SYRIAT,YAKNI QURAN HADIST TADI, SEDANGKAN BID'AH ITU SENDIRI CUMA ISTILAH, YANG TIDAK ADA CONTOH NAMANYA BID'AH,

    ReplyDelete
  13. LIHATLAH SUNAN ABI DAUD JUZ4 HAL 201.KALAU MENGARTIKAN وكل محدثات بدعه ATAU كل بد عة صلا له SETIAP YANG BARU SESAT, ATAU SETIAP YANG TIDAK DI CONTOHKAN SESAT JELAS KELIRU KARENA KALIMAT TADI SUDAH DIDAHULUI BID'AH HASAHNAH PARASAHABAT DAN BERTENTANGAN DENGAN HADIST MUSLIM DIATASDAN SYARAH MUSLIM.TERSEBUT.

    ReplyDelete
  14. Makna “KULLU BID’AH DHOLALAH”
    Pada firman Allah yang berbunyi : Waja`alna minal maa-i KULLA syai-in hayyin. Lafadz KULLA disini, haruslah diterjemahkan dengan arti : SEBAGIAN. Sehingga ayat itu berarti: Kami ciptakan dari air sperma, SEBAGIAN makhluk hidup.Karena Allah juga berfirman menceritakan tentang penciptaan jin dan Iblis yang berbunyi: Khalaqtanii min naarin. Artinya : Engkau (Allah) telah menciptakan aku (iblis) dari api.
    Dengan demikian, ternyata lafadl KULLU, tidak dapat diterjemahkan secara mutlak dengan arti : SETIAP/SEMUA, sebagaimana umumnya jika merujuk ke dalam kamus bahasa Arab umum, karena hal itu tidak sesuai dengan kenyataan.
    Demikian juga dengan arti hadits Nabi saw. : Fa inna KULLA BID`ATIN dhalalah,. Maka harus diartikan: Sesungguhnya SEBAGIAN dari BID`AH itu adalah sesat.
    Kulla di dalam Hadits ini, tidak dapat diartikan SETIAP/SEMUA BID`AH itu sesat, karena Hadits ini juga muqayyad atau terikat dengan sabda Nabi saw., yang lain: Man sanna fil islami sunnatan hasanatan falahu ajruha wa ajru man `amila biha. Artinya : Barangsiapa memulai/menciptakan perbuatan baik di dalam Islam, maka dia mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengikutinya.
    Jadi jelas, ada perbuatan baru yang diciptakan oleh orang-orang di jaman sekarang, tetapi dianggap baik oleh Nabi saw. dan dijanjikan pahala bagi pencetusnya, serta tidak dikatagorikan BID`AH DHALALAH.
    Sebagai contoh dari man sanna sunnatan hasanah (menciptakan perbuatan baik) adalah saat Hajjaj bin Yusuf memprakarsai pengharakatan pada mushaf Alquran, serta pembagiannya pada juz, ruku`, maqra, dll yang hingga kini lestari, dan sangat bermanfaat bagi seluruh umat Islam.
    Untuk lebih jelasnya, maka bid’ah itu dapat diklasifikasi sebagai berikut : Ada pemahaman bahwa Hadits KULLU BID`ATIN DHALALAH diartikan dengan: SEBAGIAN BID`AH adalah SESAT, yang contohnya :
    1. Adanya sebagian masyarakat yang secara kontinyu bermain remi atau domino setelah pulang dari mushalla.
    2. Adanya kalangan umat Islam yang menghadiri undangan Natalan.
    3. Adanya beberapa sekelompok muslim yang memusuhi sesama muslim, hanya karena berbeda pendapat dalam masalah-masalah ijtihadiyah furu`iyyah (masalah fiqih ibadah dan ma’amalah), padahal sama-sama mempunyai pegangan dalil Alquran-Hadits, yang motifnya hanya karena merasa paling benar sendiri. Perilaku semacam ini dapat diidentifikasi sebagai BID`AH DHALALAH).
    Ada pula pemahaman yang mengatakan, bahwa amalan baik yang terrmasuk ciptaan baru di dalam Islam dan tidak bertentangan dengan syariat Islam yang sharih, maka disebut SANNA (menciptakan perbuatan baik). Contohnya:
    1.Adanya sekelompok orang yang mengadakan shalat malam (tahajjud) secara berjamaah setelah shalat tarawih, yang khusus dilakukan pada bulan Ramadhan di Masjidil Haram dan di Masjid Nabawi, seperti yang dilakukan oleh tokoh-tokoh beraliran Wahhabi Arab Saudi semisal Syeikh Abdul Aziz Bin Baz dan Syeikh Sudaisi Imam masjidil Haram, dll. Perilaku ini juga tergolong amalan BID`AH karena tidak pernah dilakukan oleh Nabi saw., tetapi dikatagorikan sebagai BID’AH HASANAH atau bid’ah yang baik.
    Melaksanakan shalat sunnah malam hari dengan berjamaah yang khusus dilakukan pada bulan Ramadhan, adalah masalah ijtihadiyah yang tidak didapati tuntunannya secara langsung dari Nabi saw. maupun dari ulama salaf, tetapi kini menjadi tradisi yang baik di Arab Saudi. Dikatakan Bid’ah Hasanah karena masih adanya dalil-dalil dari Alquran-Hadits yang dijadikan dasar pegangan, sekalipun tidak didapat secara langsung/sharih, melainkan secara ma`nawiyah. Antara lain adanya ayat Alquran-Hadits yang memerintahkan shalat sunnah malam (tahajjud), dan adanya perintah menghidupkan malam di bulan Ramadhan.
    Tetapi mengkhususkan shalat sunnah malam (tahajjud) di bulan Ramadhan setelah shalat tarawih dengan berjamaah di masjid, adalah jelas-jelas perbuatan BID`AH yang tidak pernah dilakukan oleh Nabi saw. dan ulama salaf. Sekalipun demikian masih dapat dikatagorikan sebagai perilaku BID`AH HASANAH.

    ReplyDelete
  15. Demikian juga umat Islam yg melakukan pembacaan tahlil atau kirim doa untuk mayyit, melaksanakan perayaan maulid Nabi saw. mengadakan isighatsah, dll, termasuk BID’AH HASANAH. Sekalipun amalan-amalan ini tidak pernah dilakukan oleh Nabi saw. namun masih terdapat dalil-dalil Alquran-Haditsnya sekalipun secara ma’nawiyah.
    Contoh mudah, tentang pembacaan tahlil (tahlilan masyarakat), bahwa isi kegiatan tahlilan adalah membaca surat Al-ikhlas, Al-falaq, Annaas. Amalan ini jelas-jelas adalah perintah Alquran-Hadits. Dalam kegiatan tahlilan juga membaca kalimat Lailaha illallah, Subhanallah, astaghfirullah, membaca shalawat kepada Nabi saw. yang jelas- jelas perintah Alquran-Hadits. Ada juga pembacaan doa yang disabdakan oleh Nabi saw. : Adduaa-u mukhkhul ‘ibadah. Atrinya : Doa itu adalah intisari ibadah. Yang jelas, bahwa menghadiri majelis ta`lim atau majlis dzikir serta memberi jamuan kepada para tamu, adalah perintah syariat yang terdapat di dalam Alquran-Hadits.
    Hanya saja mengemas amalan-amalan tersebut dalam satu rangkaian kegiatan acara tahlilan di rumah-rumah penduduk adalah BID`AH, tetapi termasuk bid’ah yang dikatagorikan sebagai BID`AH HASANAH. Hal itu, karena senada dengan shalat sunnah malam berjamaah yang dikhususkan di bulan Ramadhan, yang kini menjadi kebiasaan tokoh-tokoh Wahhabi Arab Saudi.

    ReplyDelete