Thursday, April 18, 2013

Ceramah Habib Novel bin Muhammad Alaydrus

Kajian Islam Ahlussunnah Habib Novel bin Muhammad Alaydrus


1. Agama adalah nasihat part 1.mp3
klik di sini


2. Agama adalah nasihat part 2.mp3
klik di sini


3. Agama adalah nasihat part 3.mp3
klik di sini


4. Fadhilah zikir dan istigfar.mp3
klik di sini


5. Hakikat kalimat Laa Ilaaha Illallah 1.mp3
klik di sini


6. Hakikat kalimat Laa Ilaaha Illallah 2.mp3
klik di sini


7.mendirikan shalat.mp3
klik di sini


8.Siapa baginda nabi Muhammad SAW.mp3
klik di sini


9. Kebesaran Nabi Muhammad SAW.mp3
klik di sini


10. Kemuliaan Nabi Muhammad SAW.mp3
klik di sini


11. tujuan di utusnya nabi Muhammad SAW.mp3
klik di sini


12. Indahnya akhlak nabi SAW.mp3
klik di sini


13.mencintai baginda Nabi SAW.mp3
klik di sini


14. keutamaan shalawat nabi.mp3
klik di sini


15. Shalawat nabi SAW 1. mp3
klik di sini


16. Shalawat nabi SAW 2. Mp3
klik di sini


17.keutamaan shalawat nabi SAW-pengajian jamuri.mp3
klik di sini


18.Konser Shalawat dan Bedah Buku Ahlul Bid’ah Hasanah Jilid 2.mp3
klik di sini


19.Cinta Sahabat Kepada Rasulullah SAW part 1.mp3
klik di sini


20. cinta Sahabat kepada Rasulullah SAW part 2.mp3
klik di sini


21. Sahabat Abu Hurairoh part 1.mp3
klik di sini


22. Sahabat Abu Hurairoh part 2.mp3
klik di sini


23.Hikmah Qurban Idul Adha.mp3
klik di sini


24.perjalanan menuju ALLAH SWT
klik di sini


25.Sujudnya Malaikat Kepada Nabi Adam AS
klik di sini


26. kembali kepada ulama
klik di sini


27.Warisan Ilmu Ulama
klik di sini


28.Menuntut Ilmu
klik di sini


29.Para Pencari Ilmu.mp3
klik di sini


30.Keutamaan Orang Berilmu.mp3
klik di sini


31.Ceramah Syech Jibril dan Habib Novel Alaydrus.mp3
klik di sini


32.Pengajian dan Santunan Anak Yatim.mp3
klik di sini


33.Nderek Habib, Nderek Kyai
klik di sini


34. Dzikir La Ilaha Illa Allah.mp3
klik di sini

Read More »

Ceramah Ust Yusuf Mansur

Ada tiga kunci keberhasilan hidup… kata Ust.Yusuf Mansur dalam salah satu ceramahnya

“Yang pertama, yaitu jika kita punya hajat, jika kita menginginkan sesuatu maka lapor ke Alloh, minta ke Alloh.” Kunci pertama yaitu lapor ke Alloh. Misalnya ketika kita ingin ujian, kita lapor ke Alloh, “Ya Alloh aku ingin ujian Ya Alloh, tolong berikan kelancaran. Aamiin..” Hal ini adalah yang paling utama kita lakukan. Lapor saja ke Alloh apa-apa yang kita inginkan. Ingin jadi mahasiswa berprestasi plus hafal Al-Qur’an. Ingin punya usaha percetakan, ingin punya mobil. Ingin-ingin itu banyak sekali.

“Yang kedua, yaitu sungguh-sungguh dalam ikhtiar.” Ya, ga sekedar ingin saja, tapi harus bisa mewujudkan keinginan kita. Ingin jadi mahasiswa berprestasi, ya belajar yang serius. Ingin hafal al-Qur’an, ya perbanyak interaksinya dengan al-Qur’an. Ingin punya usaha, mulai cari wawasan untuk memulai usaha. Dalam ikhtiar pun kita dituntut pengorbanan yang besar. Dan itu semua harus dijalani dengan ikhlas, Insya Alloh berhasil.

“Yang ketiga, ketika ada rintangan/hambatan dalam mencapai keinginan kita kita lakukan lagi kunci yang pertama yaitu lapor ke Alloh.” Ya, terkadang kenyataan tidak sesuai dengan harapan kita. Terkadang apa yang kita impi-impikan tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Hal yang musti dilakukan adalah kita serahkan urusan kita ke Alloh. Kita laporkan segala permasalahan kita ke Alloh.

Jangan pernah kita palingkan hati selain kita bersandar ke Alloh. Alloh lah yang Maha Menghendaki segala sesuatu. Alloh lah yang Maha Tahu yang Terbaik untuk kita. Alloh berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat ke-216 “..Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”

Silahkan di sedot sebagian ceramah ustadz yusuf mansur

Link Pertama



Link Kedua



Semoga Bermanfaat
Read More »

Sunday, April 7, 2013

Ponpes Langitan Tuban

Sejarah & perkembangan

Lembaga pendidikan yang sekarang ini dihuni oleh lebih dari 5500 santri yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia dan sebagian Malaysia ini dahulunya adalah hanya sebuah surau kecil tempat pendiri Pondok Pesantren Langitan, KH. Muhammad Nur mengajarkan ilmunya dan menggembleng keluarga dan tetangga dekat untuk meneruskan perjuangan dalam mengusir kompeni penjajah dari tanah Jawa

KH. Muhammad Nur mengasuh pondok ini kira-kira selama 18 tahun (1852-1870 M), kepengasuhan pondok pesantren selanjutnya dipegang oleh putranya, KH. Ahmad Sholeh. Setelah kira-kira 32 tahun mengasuh pondok pesantren Langitan (1870-1902 M.) akhirnya beliau wafat dan kepengasuhan selanjutnya diteruskan oleh putra menantu, KH. Muhammad Khozin. Beliau sendiri mengasuh pondok ini selama 19 tahun (1902-1921 M.). Setelah beliau wafat matarantai kepengasuhan dilanjutkan oleh menantunya, KH. Abdul Hadi Zahid selama kurang lebih 50 tahun (1921-1971 M.), dan seterusnya kepengasuhan dipercayakan kepada adik kandungnya yaitu KH. Ahmad Marzuqi Zahid yang mengasuh pondok ini selama 29 tahun (1971-2000 M.) dan keponakan beliau, KH. Abdulloh Faqih. Untuk lebih jelasnya tentang biografi para Pengasuh Pondok Pesantren Langitan dapat dibaca dalam Biografi Ringkas Lima Pengasuh Pondok Pesantren Langitan.



Perjalanan Pondok Pesantren Langitan dari periode ke periode selanjutnya senantiasa memperlihatkan peningkatan yang dinamis dan signifikan namun perkembangannya terjadi secara gradual dan kondisional. Bermula dari masa KH. Muhammad Nur yang merupakan sebuah fase perintisan, lalu diteruskan masa H. Ahmad Sholeh dan KH. Muhammad Khozin yang dapat dikategorikan periode perkembangan. Kemudian berlanjut pada iepengasuhan KH. Abdul Hadi Zahid, KH. Ahmad Marzuqi Zahid dan KH. Abdulloh Faqih yang tidak lain adalah fase pembaharuan.

Dalam rentang masa satu setengah abad Pondok Pesantren Langitan telah menunjukkan kiprah dan peran yang luar biasa, berawal dari hanya sebuah surau kecil berkembang menjadi Pondok yang representatif dan populer di mata masyarakat luas baik dalam negeri maupun manca negara. Banyak tokoh-tokoh besar dan pengasuh pondok pesantren yang dididik dan dibesarkan di Pondok Pesantren Langitan ini, seperti KH.Kholil Bangkalan, KH. Hasyim Asy'ary, KH. Syamsul Arifin (ayahanda KH. As'ad Syamsul Arifin) dan lain-lain.

Dengan berpegang teguh pada kaidah Al-Muhafadhotu Alal Qodimis Sholeh Wal Akhdu Bil Jadidil Ashlah (memelihara budaya-budaya klasik yang baik dan mengambil budaya-budaya yang baru yang konstruktif), maka Pondok Pesantren Langitan dalam perjalanannya qenantiasa melakukan upaya-upaya perbaikan dan kontektualisasi dalam merekonstruksi bangunan-bangunan sosio kultural, khususnya dalam hal pendidikan dan manajemen.

Usaha-usaha ke arah pembaharuan dan modernisasi memang sebuah konsekwensi dari sebuah dunia yang modern. Namun Pondok Pesantren Langitan dalam hal ini mempunyai batasan-batasan yang kongkrit, pembaharuan dan modernisasi tidak boleh merubah atau mereduksi orientasi dan idealisme pesantren.

Sehingga dengan demikian Pondok Pesantren Langitan tidak sampai terombang-ambing oleh derasnya arus globalisasi, namun justru sebaliknya dapat menempatkan diri dalam posisi yang strategis, dan bahkan kadang-kadang dianggap sebagai alternatif

Lokasi & asal Nama
Pondok Pesantren Langitan adalah termasuk salah satu lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Berdirinya lembaga ini jauh sebelum Indonesia merdeka yaitu tepatnya pada tahun 1852 M, di Dusun Mandungan Desa Widang Kecamatan Widang Kabupaten Tuban Jawa Timur. Komplek Pondok Pesantren Langitan terletak di samping Bengawan Solo dan berada di atas areal tanah seluas kurang lebih 7 hektar serta pada ketinggian kira-kira tujuh meter di atas permukaan laut.

Lokasi pondok berada kira-kira empat ratus meter sebelah selatan ibukota Kecamatan Widang, atau kurang lebih tiga puluh iilo meter sebelah selatan i`ukota Kabupaten Tuban, juga berbatasan dengan Desa Babat Iecamatan Babat Kabupaten Lamongan dengan jarak kira-kira satu kilo meter. Dengan lokasi yang setrategis ini Pondok Pesantren Langitan menjadi mudah untuk dijangkau melalui sarana angkutan umum, baik sarana transportasi bus, kereta api, atau sarana yang lain. Adapun nama Langitan itu adalah merupakan perubahan dari kata Plangitan, kombinasi dari kata plang (jawa) berarti papan nama dan wetan (jawa) yang berarti timur. Memang di sekitar daerah Widang dahulu, tatkala Pondok Pesantren Langitan ini didirikan pernah berdiri dua buah plang atau papan nama, masing-masing terletak di timur dan barat. Kemudian di dekat plang sebelah wetan dibangunlah sebuah lembaga pendidikan ini, yang kelak karena kebiasaan para pengunjung menjadikan plang wetan sebagai tanda untuk memudahkan orang mendata dan mengunjungi pondok pesantren, maka secara alamiyah pondok pesantren ini diberi nama Plangitan dan selanjutnya populer menjadi Langitan. Kebenaran kata Plangitan tersebut dikuatkan oleh sebuah cap bertuliskan kata Plangitan dalam huruf Arab dan berbahasa Melayu yang tertera dalam kitab Fathul Muin yang selesai ditulis tangan oleh KH. Ahmad Sholeh, pada hari Selasa 29 Rmbiul Akhir 1297 Hijriyah.

Pendidikan & pengajaran

Pengajian Oleh KH. Abdulloh Munif MarzuqiPondok pesantren secara umum bagamanapun tipe dan latar belakangnya meletakkan pendidikan dan pengajaran sebagai tolak ukur bagi aktifitas-aktifitas lainnya. Dapat dikatakan bahwa pendidikan dan pengajaran merupakan jantung dan sumber kehidupan terhadap kelangsungan dan eksistensi sebuah pesantren.

1. TUJUAN

Tujuan pendidikan dan pengajaran di Pondok Pesantren Langitan adalah tidak lepas dari tiga pokok dasar:

a. Membina anak didik menjadi manusia yang memiliki ilmu pengetahuan agama yang luas (alim) yang bersedia mengamalkan ilmunya, rela berkorban dan berjuang dalam menegakkan syiar Islam.

b. Membina anak didik menjadi manusia yang mempunyai keperibadian yang baik (sholeh) dan bertaqwa kepada Alloh SWT serta bersedia menjalankan syariatnya.

c. Membina anak didik yang cakap dalam persoalan agama (kafi), yang dapat menempatkan masalah agama pada proporsinya, dan bisa memecahkan berbagai persoalan yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat

2. METHODOLOGI

Sebuah program tanpa didasari oleh methode yang baik tidak akan berjalan efektif. Bahkan kadang-kadang dapat berbalik arah dari orientasi semula. Pondok Pesantren Langitan selama kurun waktu yang cukup panjang ini telah menerapkan beberapa methode pendidikan dan pengajaran dalam sistem klasikal (madrasiyah) dan non klasikal (ma’hadiyah).

A. SISTEM KLASIKAL (MADRASIYAH)

Sistem pendidikan klasikal adalah sebuah model pengajaran yang bersifat formalistik. Orientasi pendidikan dan pengajarannya terumuskan secara teratur dan prosedural, baik meliputi masa, kurikulum, tingkatan dan kegiatan-kegiatannya.

Pendidikan dengan sistem klasikal ili di Pondok Pesantren Langitan (baik pondok putra maupun pondok putri) telah berdiri tiga lembaga yaitu Al Falahiyah, Al Mujibiyah dan Ar raudhoh.

Lembaga pendidikan Al Falahiyah berada di pondok putra, lembaga pendidikan ini henjang pendidikannya mulai dari RA/TPQ dengan masa pendidikan selama 2 tahun, Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah, masing-masing masa pendidikannya 3 tahun.

Lembaga pendidikan Al Mujibiyah berada di pondok putri bagian barat. Adapun tingkat pendidikannya adalah mulai dari tingkat MI, MTs dan MA, masing-masing selama 3 tahun.

Lembaga pendidikan Ar raudhoh berada di pondok putri di bagian timur. Fase pendidikannya adalah mulai MI, MTs, MA, masing-masing selama tiga tahun.

Ketiga lembaga di atas satu sama lain memiliki kesamaan dan keserupaan hampir dalam semua aspek termasuk juga kurikulumnya, karena ketiganya berada di bawah satu atap yaitu Pondok Pesantren Langitan . Adapun kurikulum Pondok Pesantren Langitan dapat dibaca pada “Daftar Kurikulum Madrasah Al Falahiyah Pondok Pesantren Langitan.

Sebagai penunjang dan pelengkap kegiatan yang berada di madrasah dan bersifat mengikat kepada semua peserta didik sebagai wahana mempercepat proses pemahaman terhadap disiplin ilmu yang diajarkan, maka di Pondok Pesantren Langitan juga diberlakukan ekstra kurikuler yang meliputi :

1. Musyawaroh atau Munadzoroh (diskusi)

Kegiatan musyawaroh berlangsung setiap malam mengecualikan malam Rabo dan malam Jum’at. Methode ini dimaksudkan sebagai media bagi peserta didik untuk menelaah, memahami dan mendalami suatu topik atau masalah yang terdapat dalam masing-masing kitab kuning.

Dari aktivitas ini diharapkan lahir sebuah generasi potensial yang memiliki pemikiran-pemikiran kritis dan berwawasan luas serta terampil dalam menyerap dan menggali suatu materi sekaligus mensosialisasikannya iepada masyarakat luas.

2. Muhafadhoh (hafalan)

Methodhe muhafadhoh atau hafalan adalah sebuah sistem yang sangat identik dengan pendidikan tradisional termasuk pondok pesantren. Kegiatan ini j5ga bersifat mengikat kepada setiap peserta didik dan diadakan setiap malam selasa. Adapun standart iitab yang dijadikan obyek hafalan (muhafadhoh) menurut tingkatannya masing-masing adalah ALALA, RO’SUN SIRAH, AQIDATUL AWAM, HIDAYATUSSIBYAN, TASHRIF AL ISTILAKHI DAN LUGHOWI, QOWAIDUL I’LAL , MATAN AL JURUMIYAH, TUHFATUL ATHFAL, ARBA’IN NAWWAWI, ‘IMRITHI, MAQSHUD, IDATUL FARID, ALFIYAH IBNU MALIK, JAWAHIRUL MAKNUN, SULAMUL MUNAWAROQ DAN QOWAIDUL FIQHIYYAH.

B. SISTEM NON KLASIKAL (MA’HADIYYAH)

Pendidikan non klasikal dalam Pondok Pesantren Langitan ini menggunakan methode wethon atau bandongan dan sorogan. Methode wethon atau bandongan adalah sebuah model pengajian di mana seorang kiai atau ustadz membacakan dan menjabarkan isi kandungan kitab kuning sementara murid atau santri mendengarkan dan memberi ma’na.

Adapun sistem sorogan adalah berlaku sebaliknya yaitu santri atau murid membaca sedangkan kiai atau ustadz mendengarkan sambil memberikan pembetulan-pembentulan, komentar atau bimbingan yang diperlukan. Kedua methode ini sama-sama mempunyai nilai yang penting dan ciri penekanan pada pemahaman sebuah disiplin ilmu, keduanya saling melengkapi satu sama lainnya.

Dalam pelaksanaannya qistem non klasikal (ma’hadiyah) ini dibagi menjadi dua kelompok:

1. Umum, yaitu program pendidikan non klasikal yang dilaksanakan setiap hari (selain hari Selasa dan Jum’at). Adapun waktunya beragam menyesuaikan kegiatan di madrasah. Pendidikan ini diasuh oleh Majlis Masyayikh, asatidz dan santri senior.

2. Tahassus yaitu program pendidikan khusus bagi santri pasca Aliyah dan santri-santri lain yang dianggap telah memiliki penguasaan ilmu -ilmu dasar seperti Nahwu, Shorof, Aqidah, Syariah. Program ini lebih populer disebut Musyawirin, diasuh langsung oleh Majlis Masyayekh. Adapun pelaksanaanya adalah setiap hari kecuali hari Selasa dan Jum’at, materi yang diajarkan adalah fan fiqh seperti Fathul Muin dan Mahalli, dan fan Hadits

source : langitan.net
Read More »