Wednesday, June 3, 2015

Membaca Alquran dengan Langgam Jawa dan Sunda

Bagaimanakah hukum Membaca Alquran dengan Langgam Jawa, Sunda atau lainnya ?.

Langsung lihat tayangannya via youtube.com
Pendapat KH Muammar ZA



Pandangan Buya Yahya




Inilah Video Bacan Al Quran Langgam Jawa di Istana Negara



Pandapat KH Ahsin Sakho Muhammad, Rektor IIQ :

Cara membaca al-Quran merupakan hasil karya seni manusia yang dirangkum dalam Kalamullah. Hal tersebut tidak bertentangan dengan ajaran Islam melainkan lahir dari seni budaya masyarakat tertentu.

“Ini adalah perpaduan yang baik antara Kalamullah dari langit yang menyatu dengan bumi yakni budaya manusia. Itu sah diperbolehkan,” kata Ahsin Sakho, Rektor Institut Ilmu Alquran (IIQ) periode 2014, yang juga pimpinan Pondok Pesantren Dar al-Tauhid Cirebon.

Hanya saja, Ahsin yang doktor ilmu al-Qur’an lulusan universitas di Saudi Arabia ini melanjutkan, bacaan pada langgam budaya harus tetap mengacu seperti yang diajarkan Rasul dan para sahabatnya. Dalam hal ini, tajwid dalam hukum bacaannya. “Panjang pendeknya, mahrajnya,” kata dia.

Ahsin menjelaskan, cara membaca al-Quran yang mengacu pada langgam budaya Indonesia sangat diperbolehkan dan tidak ada dalil shahih yang melarang hal demikian. Hanya saja, dia melanjutkan, dirinya belum pernah mendengar Jawabul Jawab di dalam langgam Cina, atau pun di Indonesia.

“Tetapi jika hanya sekedar langgam Jawa, Sumatera, Sunda, Melayu, dan lainnya, itu sah saja selama memperhatikan hukum bacaan semestnya. Itu kreatifitas budayanya,” kata dia.

Ahsin lebih lanjut mengungkapkan, saat ini masyarakat Indonesia hanya mengenal satu pintu dalam mendengarkan cara melantunkan al-Quran. Seluruhnya terangkum dalam tujuh seni dalam membaca al-Quran, yakni Bayyati, Shoba, Nahawand, Hijaz, Rost, Sika, dan Jiharka.

Dalam ketujuh jenis qiraah itu terdapat tingkatan dan variasi nada yang berbeda-beda. “Sejarah cara melantunkan al-Quran ini berasal dari Iran. Banyak orang Arab yang mempelajarinya ke Parsi, Iran. Meskipun ada 40 jenis cara membaca al-Quran, tapi yang dinilai layak hanya tujuh ini,” ungkapnya.

Ahsin mengisahkan, langgam bacaan al-Quran berasal dari Iran. Kala itu, orang Makkah dan Madinah sedang membersihkan Ka’bah. Di sana ada orang Farsi yang sedang melantunkan bacaan al-Quran dengan langgam nada lagu asal negerinya. “Ketika itu orang Makkah kemudian menerapkannya ke dalam bacaan al-Quran dan ternyata merdu didengar. Sejak saat itu pun lahirlah lagu syarqi yang bernuansa ketimuran,” kata dia.

Dalam melantunkan al-Quran, kata Ahsin, ada yang bernada sedih dan bernada gembira dalam membaca setiap surah di dalamnya. “Itu akan lebih bermakna dan bagus. Misalkan saat menjelaskan neraka ataupun surga,” ujarnya

Sumber

Pendapat dari Masdar F Masudi, Salah satu Rais Syuriyah Penguru Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) :

Membaca ayat suci Alquran menggunakan langgam adat manapun, termasuk langgam Jawa diperbolehkan selama tidak melenceng dari kaidah pelafalan dan respek terhadap ayat suci itu sendiri.

Maka itu, beliau meminta masyarakat tidak membesar-besarkan pembacaan ayat suci Alquran menggunakan langgam Jawa dalam peringatan Isra Mikraj di Istana Negara, Jumat, 15 Mei 2015 malam lalu.

"Dan langgam itu berbeda antara satu masyarakat dan masyarakat lainnya. Kalau iya begitu, setiap komunitas boleh membaca Alquran dengan langgam yang lazim di kalangan mereka. Bisa langgam Jawa, Sunda, atau langgam lainnya," ujar Masdar dilansir dari www.nu.or.id, Selasa (19/5/2015).

Namun, dia mengingatkan, setiap pembaca alquran wajib menjaga makhrajnya, panjang, juga pendeknya. Tujuannya, kata dia jangan merusak makna Alquran itu sendiri. "Kalau soal langgam, Alquran terbuka. Jawaz (boleh) dengan langgam Jawa, Sunda, atau langgam lainnya," ucapnya.

Sumber
==============
Ada riwayat yang dinisbahkan kepada Nabi saw. yang menganjurkan agar al-Quran dibaca dengan langgam Arab. Konon beliau bersabda:

Bacalah al-Quran dengan langgam Arab dan suara (cara pengucapan) mereka; jangan sekali-kali membacanya dengan langgam orang-orang fasiq dan dukun-dukun. Nanti akan datang orang-orang yang membacanya dengan mengulang-ulangnya seperti pengulangan para penyanyi dan para pendeta atau seperti tangisan orang yang dibayar untuk menangisi seorang yang meninggal dunia.
Read More »